Puluhan pengungsi Rohingya yang berada di Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, perlahan lahan tidak diketahui keberadaannya alias mulai menghilang.
Awalnya pengungsi Rohingnya yang ditempatkan di Gedung Nasional ini berjumlah 62 orang. Namun saat ini jumlahnya berkurang banyak dan hanya tersisa 31 orang saja.
Informasi yang diperoleh awak media, hilangnya puluhan pengungsi Rohingya ini bukan karena hanya melarikan diri saja. Melainkan ada oknum yang mamanfaatkan keberadaan pengungsi Rohingya tersebut.
Artinya, ada oknum yang diduga memperjualbelikan (Human Trafficking) pengungsi itu ke negara tetangga, Malaysia.
“Untuk setiap warga Rohingya yang berhasil dikeluarkan dari Gedung Nasional, dibiayai Rp 5-10 juta. Pembelinya orang dari Malaysia sana. Nanti ada yang jemput di dekat Gedung Nasional. Biasanya saat tengah malam atau dini hari mereka dijemput,” ujar narasumber yang meminta identitasnya tidak disebutkan dalam pemberitaan, Kamis (31/10).
Setelah dijemput pengungsi Rohingya, sambung sang sumber, mereka pun selanjutnya dibawa ke Provinsi Aceh. Tempatnya pun sudah ditentukan oleh pembeli yang melakukan koordinasi dengan telepon seluler.
“Pengungsi Rohingya yang mau dilarikan sesuai pesanan, koordinasinya melalui handphone penjaga di Gedung Nasional. Nanti si pembeli meminta nomor rekening Bank untuk melakukan transaksi. Sekarang ini totalnya sudah sekitar tiga puluhan yang kabur,” ucap narasumber.
Sementara itu, saat awak media menyambangi Gedung Nasional, ternyata jumlah tersebut benar. Yaitu total pengungsi Rohingnya yang tertinggal hanya 31 orang dengan rincian, laki-laki dewasa berjumlah 16 orang, perempuan dewasa 6 orang, anak laki-laki 3 orang, dan anak perempuan 6 orang.
Salah seorang penjaga atau security Gedung Nasional berinisial AR mengatakan, jika periode Oktober 2024 ini saja, sudah enam orang yang melarikan diri. Padahal di lokasi tersebut, security gedung berjumlah dua orang yang berjaga secara bergantian.
Disinggung jika pengungsi Rohingya itu dijual belikan, AR pun membantahnya. Namun tampak raut wajah security berubah alias cemas saat ditanyai hal tersebut.
Diketahui, pengungsi Rohingya yang berada di Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat tersebut berstatus dalam pengawasan United Nations High Commisioner For Refugees (UNHCR).
"Sdah lama tidak datang (UNHCR) sekitar setengah bulan. Biasanya yang datang itu namanya Oktina," beber AR.
Menanggapi persoalan ini, awak media pun masih berupaya mendapatkan komentar dari pihak UNHCR.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Langkat AKP Dedi Mirza, mengatakan jika pengungsi Rohingya yang ada di Gedung tersebut merupakan tanggung jawab dan di bawah pengawasan UNHCR.
Disoal jika ada keterlibatan pihak lain yang memuluskan langkah dugaan Human Trafficking, Kasat Reskrim Polres Langkat ini berjanji akan melakukan penyelidikan.
"Terima kasih infonya, masih dugaan. Nanti coba kami lidik dulu ya," tegas Dedi.