Petani Milenial Taput, Diduga Program Masih Ragu-ragu, Kabid Tidak Bisa Menerangkan
Taput (utamanews.com)
Oleh: Winner Simanungkalit
Rabu, 25 Jun 2025 16:25
Istimewa
Dinas Pertanian Taput
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara (Pemkab. Taput), Provinsi Sumatera Utara, baru-baru ini mengunggah sebuah selebaran di media sosial yang mengundang perhatian banyak pihak. Dalam selebaran tersebut, Pemkab Taput mengajak para petani milenial untuk berpartisipasi dalam sebuah program yang dijadwalkan pada 24 September 2025, dengan hashtag #PetaniMajuDanSejahtera. Program ini mendapatkan respons positif dari masyarakat, namun tak sedikit pula yang mempertanyakan rincian dan tujuan dari program tersebut.
Penelusuran yang dilakukan UTAMA NEWS di lapangan menemukan sejumlah kaum muda yang tertarik untuk bergabung dalam program ini. Salah satunya adalah seorang pemuda berusia 23 tahun asal Kecamatan Tarutung yang dengan semangat menceritakan keinginannya untuk ikut serta. Ia merasa yakin dapat memenuhi syarat yang tertera dalam selebaran tersebut untuk menjadi bagian dari program petani milenial.
Baca juga:
"Saya tertarik dengan selebaran ini karena saya memiliki semua syarat yang ditentukan pemerintah untuk mendaftar dalam seleksi petani milenial," ujar pemuda tersebut yang memilih untuk tidak disebutkan namanya.
Dalam selebaran yang beredar, terdapat beberapa syarat pendaftaran yang jelas, di antaranya usia maksimal 35 tahun, petani yang memiliki lahan minimal 0,5 hektar, peternak dengan lahan minimal 0,2 hektar, serta bagi mereka yang bergerak di bidang perikanan diwajibkan memiliki kolam ikan. Syarat lain yang tercantum adalah kesiapan untuk menjadi mitra pemerintah.
Namun, UTAMA NEWS merasa perlu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai program ini, mengingat informasi yang tersedia di selebaran cukup terbatas. Oleh karena itu, awak media mencoba untuk mengonfirmasi langsung ke Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara, khususnya pada Bidang Penyuluhan, yang disebut-sebut sebagai pihak yang menangani program ini.
Fenry Sidabutar, Kepala Bidang Penyuluhan, yang dijumpai di kantornya pada 25 Juni 2025, tampak enggan memberikan komentar terkait program petani milenial tersebut. Saat ditanya lebih lanjut, Fenry hanya mengatakan bahwa pihaknya masih akan merapatkan masalah tersebut. “Kami masih mau merapatkan tentang hal ini,” ungkapnya, singkat.
Situasi ini menimbulkan keheranan di kalangan awak media, karena sebelumnya sudah beberapa kali mencoba menghubungi Fenry untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai program yang sedang digencarkan tersebut. Namun, selalu dengan alasan yang sama, yakni bahwa hal tersebut masih akan dibahas lebih lanjut. Tentu saja, hal ini menambah kesan bahwa ada ketidaksiapan dari pihak terkait dalam menjelaskan program yang cukup penting ini kepada publik.
Pertanyaan besar pun muncul di tengah masyarakat: jika program ini adalah inisiatif pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya para petani milenial, mengapa pihak yang menangani program tersebut, dalam hal ini Dinas Pertanian, tidak responsif terhadap pertanyaan dari wartawan? Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa program petani milenial ini masih tergolong belum matang atau masih dalam tahap perencanaan yang belum final.
Seharusnya, program-program pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat luas, khususnya sektor pertanian yang sangat penting, sudah melalui proses pematangan dan sosialisasi yang baik. Apalagi, program ini melibatkan anggaran negara yang tentunya harus dipertanggungjawabkan dengan jelas. Sebuah program yang diluncurkan untuk mensejahterakan petani harusnya dilengkapi dengan informasi yang transparan dan mudah dipahami.
Sangat disayangkan jika program yang seharusnya menjadi terobosan untuk membantu petani milenial ini terkesan tergesa-gesa dan tidak terencana dengan baik. Para petani milenial yang antusias untuk ikut serta justru disuguhkan dengan ketidakjelasan informasi dan minimnya penjelasan dari pihak yang bertanggung jawab.
Bahkan, adanya dugaan bahwa program ini masih bersifat ragu-ragu semakin memperburuk citra pemerintah daerah di mata publik. Seharusnya, Dinas Pertanian dan Bidang Penyuluhan memiliki keterbukaan yang lebih besar kepada media, terutama ketika ada pertanyaan penting terkait sebuah program yang melibatkan banyak orang.
Tentu, bukan hanya masyarakat yang merasa bingung, tetapi petani yang hendak berpartisipasi pun dapat merasa terabaikan. Mereka membutuhkan kepastian mengenai apa yang akan mereka dapatkan, bagaimana mekanisme program ini berjalan, serta apa yang diharapkan dari mereka sebagai peserta.
Dalam hal ini, kabar baik tentang program petani milenial yang sebenarnya memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan petani justru terkesan hampa dan penuh ketidakjelasan. Hal ini bisa berisiko mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan program-program serupa di masa depan.
Penting bagi Pemkab Taput untuk segera memberikan penjelasan yang lebih jelas kepada masyarakat, bukan hanya melalui selebaran atau media sosial, tetapi juga dengan melibatkan media massa yang dapat menyebarkan informasi secara lebih luas dan terpercaya.
Jika pemerintah benar-benar ingin mewujudkan program ini dengan serius, harus ada langkah konkret yang dilakukan, baik itu dalam bentuk rapat koordinasi yang melibatkan seluruh pihak terkait maupun penyediaan informasi yang lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Sebagai penutup, masyarakat tentu berharap agar program petani milenial ini tidak hanya menjadi wacana belaka, tetapi benar-benar dapat dijalankan dengan baik dan membawa dampak positif bagi kesejahteraan petani, terutama para kaum muda yang bersemangat untuk memajukan sektor pertanian di Tapanuli Utara.
Berita Terkini
Berita Pilihan
Terpopuler Hari Ini
Terpopuler Minggu Ini
