Mempunyai keahlian dalam pemrograman, Mhd Afifan Aly Rahman Saragih dapat dikatakan aktif mengikuti banyak perlombaan guna mengasah kemampuannya. Sosok yang kerap disapa Afifan ini merupakan seorang mahasiswa tahun 2020 Program Studi Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (Fasilkom-TI), Universitas Sumatera Utara (USU).
Afifan berhasil mendapatkan beasiswa Vocational School Graduate Academy (VSGA) sebanyak dua kali di kategori Junior Web Developer. VSGA adalah program beasiswa yang difasilitasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) demi mendukung pendidikan dan pengembangan pelajar di Indonesia dalam bidang teknologi.
Afifan memaksimalkan output dari beasiswa ini dengan membuat karya-karya yang dapat bermanfaat pula untuk masyarakat. Beberapa karya yang ia ciptakan terkait dengan hal tersebut adalah aplikasi JasaKita, sebuah platform aplikasi yang menyediakan layanan jasa kebersihan, supir, hingga servis elektronik.
Pembuatan aplikasi ini ditujukan untuk membantu masyarakat. Selain itu, Afifan dan rekan-rekannya ingin membuka lapangan pekerjaan untuk mahasiswa yang membutuhkan uang tambahan dengan cara menjadi Mitra dari JasaKita.
Di balik keaktifannya dalam berprestasi dan menghasilkan karya, semangat Afifan terbentuk sebab sebuah motivasi. Ia ingin memperlihatkan kepada masyarakat bahwa mahasiswa lulusan jalur mandiri juga dapat berprestasi seperti anak-anak jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) maupun jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
“Banyak pandangan bahwa anak mandiri tidak bisa berprestasi, jadi saya ingin sekali mematahkan pandangan tersebut dengan terus membuat prestasi dan karya,” ungkap Afifan.
Tidak hanya itu, Afifan juga membuat karya yang segmentasinya ditujukan pada anak-anak, yakni sebuah proyek yang diikutsertakan pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Proyek tersebut diberi nama Scolar (Smart Comic Learning berbasis Augmented Reality).
Dalam proyek tersebut, Afifan menciptakan sebuah buku berjudul “Mission of Alisa” yang memuat tentang edukasi terhadap tindakan perundungan. Di dalamnya terdapat bentuk-bentuk perundungan yang harus diketahui anak. Hal ini disebabkan, sering kali anak-anak tidak menyadari bahwa tindakan yang mereka lakukan termasuk ke dalam bentuk perundungan.
Buku ini dituliskan oleh Afifan dengan harapan dapat mengurangi perundungan di kalangan anak-anak. Alasan tersebut selaras dengan pengalaman Afifan yang menjadi korban perundungan ketika berusia 8 tahun. Afifan sendiri sempat mengalami penurunan semangat karena tindakan perundungan yang didapatnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya ia memutuskan untuk bangkit saat berusia 15 tahun. Afifan tidak ingin orang lain juga menjadi korban perundungan dan merasakan kepahitan yang sebelumnya telah ia alami. Usaha yang ia lakukan untuk mengurangi tindakan perundungan pada anak, ia wujudkan dengan pengerjaan proyek aplikasi Scolar.
Afifan menyajikan cerita “Mission of Alisa” ke dalam sebuah komik setebal 68 halaman. Agar anak-anak lebih mudah memahami edukasi perundungan yang ia berikan, Afifan dan rekan-rekannya membuat buku tersebut terintegrasi dengan fitur Augmented Reality (AR), sehingga dapat menampilkan efek 3D dari layar gawai. Pembaca hanya perlu memindai barcode yang telah tersedia di buku melalui aplikasi Scolar di Play Store maupun App Store.
Dalam menciptakan karya-karyanya, seperti aplikasi JasaKita hingga buku “Mission of Alisa” dengan aplikasi Scolar, Afifan bekerja sama dengan rekan-rekannya yang juga merupakan mahasiswa USU. Kini, Afifan dan tim sedang berfokus mengikuti ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2023 di Universitas Padjajaran dengan membawa proyek Scolar.
Selain menerima beasiswa VSGA serta melakukan pengerjaan proyek aplikasi JasaKita dan Scolar, Afifan juga aktif dalam berbagai macam kegiatan kampus, seperti menjadi bagian dari asisten laboratorium di program studinya. Ia juga pernah memperoleh beasiswa lain seperti Karya Salemba Empat (KSE) juga meraih prestasi Juara 1 Desain Aplikasi pada ajang MTQM ke-10.
“Pesan saya untuk siswa yang akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Pertama ialah, pendidikan itu penting, jadi dimana pun kita kuliah, jangan pernah merasa malu. Karena, ketika kita emas, dimana pun kita kuliah, kita tetap bisa berkarya apa pun jalurnya. SNBP, SNBT, atau mandiri sekalipun, itu hanya masalah rezeki, kesempatan, dan peluang. Harus ditanamkan dalam diri bahwa usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Habiskan jatah gagal kita, agar di masa depan kita tinggal menuai kesuksesan,” pesan Afifan.