Penulis Buku Peristiwa Berdarah Siantar Hotel H.K Erizal Ginting SH bersama Kadis Perpustakaan dan Arsip Hamzah Fanshuri Damanik,S.STP. M.Si serta Tim Pembuatan Film yakni TIM RKI Docs bertemu serta membahas tindak lanjut adaptasi buku yang akan diangkat menjadi film, Selasa (28/11/2023) di Rumah Dinas Wali Kota, Jalan M.H Sitorus.
Penulis Buku Peristiwa Berdarah Siantar Hotel H.K Erizal Ginting mengapresiasi tahap akhir script film "Peristiwa Berdarah Siantar Hotel" yanf di gagas oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan Pematang Siantar dan Tim RKI Docs.
Adapun yang hadir yakni, Kadisarpus Hamzah F Damanik, Sutan, serta Tim RKI Docs.
Saat berdiskusi, Erizal Ginting memberikan penekanan agar dalam penggarapan film itu, nantinya tetap mengacu kepada sejarah seperti yang ia tulis dalam buku yang dijadikan dasar film ini, tetapi tetap menjaga tatanan masyarakat.
Begitu juga dengan lokasi setting perlu dipersiapkan semaksimal mungkin dengan perpaduan kreasi sebagai alternatif.
Erizal Ginting yang juga selaku Ketua Dekranasda memaparkan, Kota Pematang Siantar merupakan salah satu daerah penyangga Danau Toba. Sejumlah titik lokasi yang memiliki kekuatan sejarah, termasuk Kantor Wali Kota Pematang Siantar. Serta lokasi pengibaran Bendera Merah Putih kali pertama di Kota Pematang Siantar, tidak jauh dari Tugu Becak, ucapnya.
H Kusma Erizal Ginting,SH sedikit menceritakan tentang buku “Peristiwa Berdarah Siantar Hotel” yang di adaptasi menjadi film merupakan perumpamaan kekinian dari penerangan sejarah lokal perkembangan dinamika peradaban Kota Pematang Siantar, dari masa sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia, kolonial Belanda-Jepang.
Selain itu, Erizal Ginting juga mengatakan, sebagian situs bersejarah itu masih bisa ditemukan secara utuh, tetapi fungsinya sudah berubah. Seperti Kantor BPKI yang saat ini menjadi Kantor Wali Kota Medan. Kemudian sebagian bagian bangunan Siantar Hotel.
Erizal Ginting juga akan berupaya membantu dalam hal penyediaan properti film yang memang menjadi tantangan terberat dalam film sejarah ini. Mengingat film ini mengambil latar belakang tahun 1943-1947.
"Tetapi pagoda buatan Jepang itu memang sudah tidak ada lagi. Dulunya sesuai dengan informasi yang saya peroleh dari pelaku dan saksi sejarah, tugu pagoda itu ada di Lapangan Merdeka sekarang yang berhadapan langsung dengan Siantar Hotel," katanya seraya menerangkan bahwa Pagoda itu berupa tugu yang terdiri dari 20-an anak tangga.
“Semakin ke atas anak tangga semakin mengecil. di tugu itulah selalu dilakukan seremoni penghormatan bendera setelah sebelumnya menghormat ke matahari, oleh Jepang," ucap Kusma Erizal Ginting selaku tokoh budaya.
Erizal Ginting mendukung dan mengapresiasi sekaligus siap membantu proses penggarapan film ini sebagai bagian dari edukasi kepada masyarakat Siantar, khususnya kepada anak-anak sekolah dan mahasiswa.