Sanggar Budaya Rayantara akan melakukan riset selama satu tahun untuk menelusuri dan mempelajari jejak langkah dan perjuangan Tuan Rondahaim Saragih yang baru baru ini mendapat anugerah Pahlawan Nasional.
“Rencana pembuatan script Film Layar Lebar berbasis riset sejarah tersebut akan dilakukan bertahap dengan terlebih dahulu mendapatkan izin dari berbagai pihak, termasuk keluarga pewaris Kerajaan Raya” tegas nya. Hal tersebut disampaikan dalam acara “Syukuran Anugerah Pahlawan Nasional Tuan Rondahaim Saragih” di Rumah Maestro, Sabtu (22/11).
Maestro Raminah Garingging membuka acara dengan penyampaian kisah bagaimana awal pertempuran Tuan Rondahaim Saragih dari sudut pandang tradisi. “Ada pertemuan antara Sisimangaraja XII, Tuan Manorsa dan Tuan Rondahaim dalam menyiasati keadaan menjelang masuk nya Pasukan Belanda dengan segala akibat dan dampak nya di Barus”.
Strategi gerilya yang dilakukan Tuan Rondahaim memiliki banyak langkah dan cara, ia menceritakan bagaiaman membuat jerat hutan, posko pengintaian, penebangan pohon di Simarsolpah hingga menghambat perjalanan musuh pasukan Belanda, pembakaran gudang perkebunan dll.
Tuan Rondahaim melakukan kontak senjata di lokasi Bandar Bejambu, Dolok Merawan, Dolok Sagala, Padang (Bulian) dan wilayah lain hingga perbatasan Kerajaan Deli sehingga, pasukan kolonial terhempang dan tidak bisa masuk ke dalam permukiman inti Kerajaan Raya.
Sultan Saragih pimpinan Sanggar Budaya Rayantara mengatakan bahwa penetapan Pahalwan Nasional ini merupakan momentum tepat untuk mendulang kembali kekuatan tradisi simalungun, ia akan menggabungkan naskah film “Tuan Rondahaim” dari penutur tradisi Raminah Garingging yang masih memiliki kisah sebagai kerabat Kerajaan Raya dengan daya dukung literasi yang memiliki data yang akurat seperti trmuat dalam buku “Napoloen der Bataks” penulis Prof. Erika dkk, juga ada buku “Barita ni Tuan Rondahaim” karya penulis J. Wismar Saragih yang sudah diperbaharui dengan terjemahan bahasa Indonesia dan penambahan materi dari berbagai kalangan dan ahli.
Dramatic Reading “Tuan Rondahaim” yang dibacakan oleh Rosari Purba dan Desti Sinaga menjadi pondasi awal bagaimana kisah perjalanan dan pertempuran Tuan Rondahaim terjadi, agenda setiap bulan untuk perbaikan naskah dan revisi akan terus berlanjut setiap bulan nya hingga memenuhi standard penulisan naskah film. Hasudungan Purba Siboro sebagai tim official akan mendukung administrasi hingga pertemuan lebih lanjut dengan pihak Production House dari Bogor.
Dihar Begu sebagai salah satu performance art juga dihadirkan Sultan Saragih untuk memperlihatkan semangat dan warisan tradisi simalungun yang pernah ada dan masih terhubung dengan sejarah perjuangan tersebut, hingga perlu dilestarikan.
Hadir dalam ucapan syukuran Pahlawan Nasional tersebut, pewaris Artalim Garingging, Robi Dasuha (PACS), sejarawan Jalatua Hasugian, Cipta Destiawan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wil. II Sumut, Mahasiswa Sejarah USI, Sahabat Alumni Yogya, Komunitas Habonaron do Bona, dan wartawan.
Acara ditutup dengan pemberian cinderamata kepada Opung Raminah Garingging sebagai Maestro Seni Tradisi yang sudah melakukan 3x pertunjukan berturut turut Tuan Rondahaim (2015-2017), hingga kini masih terus memberikan dukungan untuk sosialisasi serta pembuatan script Film Layar lebar.