Kabar tak sedap diterima masyarakat Sumatera Utara dari warga desa Perkebunan Ramunia. Johan Merdeka, aktifis dari Komite Revolusi Agraria menyampaikan pada wartawan, bahwa puluhan oknum TNI kembali melakukan kejahatan kemanusiaan (HAM) pada warga desa Perkebunan Ramunia, pada Selasa tengah hari (31/3).
�Puluhan petani desa Perkebunan Ramunia, kecamatan Pantai Labu kabupaten Deli Serdang bentrok dan dipukuli oleh puluhan oknum TNI saat petani hendak menanam di atas lahan pertanian pangan yang sudah berpuluh tahun dikelola dan diusahai selama berpuluh tahun lamanya,� ungkap Johan.
Ditambahkannya, bahwa Herman (32 tahun) dan Open Manurung (41 tahun) dipukuli dan ditangkap serta dibawa ke camp konsentrasi TNI yang dekat dari lahan pertanian pangan tersebut.
�Belum lagi korban lainnya yang dipukuli oleh puluhan oknum TNI yang mengalami memar,� pungkasnya.
Mengetahui hal ini, wartawan mengkonfirmasi Ibu Simamora, salah satu warga yang mengaku menjadi saksi mata melalui HP. Dikatakannya, �Begitu bejat kelakuan TNI, memukuli, menendang, menyeret-nyeret rakyat ketika petani Ramunia memasuki lahan menanam Pisang dan Jagung. Seorang ibu yang bernama Aryani ditendang dipijak-pijak hingga tak sadarkan diri. 5 orang korban, 3 orang warga diseret dibawa kabur sama TNI. Sangat tidak manusiawi.�
Open Manurung yang sebelumnya dikatakan telah dibawa oleh oknum TNI, kemudian diketahui bersama 2 rekannya dibawa ke Posko Ganti Rugi Puskopkar Dam I/BB dan sekitar pukul 18.00 wib, diperbolehkan keluar dari Posko tersebut.
�Mereka dipaksa untuk menerima ganti rugi senilai Rp10 ribu per meter. Hanya Open yang bertahan, 2 lainnya katanya sudah teken,� kata Ibu Simamora.
Ibu Simamora dalam kesempatan ini juga mempertanyakan komitmen Ketua DPRD Deli Serdang yang tidak membela warga petani.
�Rekomendasi yang ditanda tangani Wakil Ketua DPRD Deli Serdang, Apoan Simanungkalit mendukung masyarakat petani desa Perkebunan Ramunia, bahwa lahan tersebut adalah lahan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Tapi saat ini dibatalkan oleh Ketua DPRD Deli Serdang. Ada apa dengan ketuanya ya? Bukan bela rakyat, malah bela TNI yang jelas-jelas perampas tanah rakyat. Tidak manusiawi,� pungkasnya. (red)