Peringatan hari kelahiran Pancasila tampak semakin kurang bergaung bahkan nyaris terlupakan di negara Republik Indonesia ini.
Sebagai gambaran, sejumlah masyarakat terutama anak-anak muda di Kota Palembang, Sumatera Selatan ketika ditanya kapan hari lahir Pancasila? banyak yang tidak bisa menjawab.
Kondisi tersebut sangat memprihatinkan karena Pancasila sebagai ideologi dasar bagi negara Indonesia, akhir-akhir ini kurang mendapat perhatian dan dipahami oleh anak muda yang menjadi generasi penerus bangsa ini.
Wakil Presiden Boediono saat memberikan sambutan dalam peringatan Hari Pancasila di Ende, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (1/6), meminta asas-asas Pancasila tidak dimatikan dalam praktik sosial sehari-hari sebagai upaya untuk mengatasi kekerasan dan meredam kebencian antara golongan di Tanah Air.
"Sikap saling menghormati akan selalu gagal apabila asas-asas Pancasila dimatikan dalam praktik sosial kita sehari-hari," kata Wapres.
Menanggapi pernyataan wapres tersebut, sejumlah tokoh pemuda dan agama di Sumatera Selatan megajak seluruh bangsa Indonesia memanfaatkan peringatan hari lahir Pancasila pada 1 Juni 2013 sebagai momentum mengingat nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi dasar negara itu.
"Dengan mengingat nilai-nilai yang tergakandung dalam Pancasila bisa membimbing bangsa ini menjalani kehidupan sosial sehari-hari dengan baik, mencegah tindakan kekerasan, saling menghormati, serta meredam kebencian," kata Ketua Garda Muda Nasional (GMN) Sumsel Yudi Farola Bram.
Dijelaskannya, Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia, yang memuat lima prinsip atau asas yang menjadi pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat di negara ini.
Lima asas Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima asas tersebut sekarang ini bahkan terkesan mulai dilupakan terutama oleh generasi muda yang lahir dan tumbuh besar pada era reformasi sekarang ini.
Banyak generasi muda sekarang ini yang tidak hafal lagi dengan lima asas Pancasila, oleh karena itu melalui momentum peringatan hari lahir Pancasila yang jatuh pada setiap 1 Juni bisa mengingatkan mereka kembali dan menghayatinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, serta bernegara.
"Asas-asas Pancasila tidak boleh dilupakan dalam praktik kehidupan sosial bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena tanpa itu sulit untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis dan cita-cita para pejuang kemerdekaan," ujarnya.
Sementara menurut salah seorang tokoh agama di Palembang, Ustadz Haji Irwansyah mengatakan, dengan mengingat nilai-nilai Pancasila sikap saling menghormati antarsesama di negara ini yang terkesan mulai memudar bisa ditingkatkan kembali.
Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi dasar negara ini harus digaungkan kembali melalui momentum peringatan hari lahir Pancasila dan dipraktikkan oleh seluruh bangsa Indonesia dalam kehidupannya.
Dengan mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, perbedaan sosial, ekonomi, suku, agama, dan budaya dalam masyarakat bisa dikelola dengan baik serta menjadi sesuatu aset bangsa untuk menuju negara yang lebih maju dan sejahtera, ujar tokoh agama itu.
Tanamkan kembali nilai Pancasila Remaja di Kota Palembang, Sumatera Selatan sekarang ini banyak yang tidak hafal Pancasila secara utuh padahal sebagai warga negara Indonesia wajib memahami dasar negara itu.
Hal tersebut diungkapkan sejumlah dosen dan praktisi hukum di Bumi Sriwijaya itu, ketika diminta tanggapannya tentang kurangnya gaung peringatan hari kelahiran Pancasila yang jatuh pada setiap tanggal 1 Juni.
Salah seorang dosen perguruan tinggi swasta di kawasan Plaju Palembang Normaliathy Fitri MM mengatakan, sejak penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) tidak lagi diwajibkan kepada pelajar dan mahasiswa perkembangan sekarang ini sepertinya remaja sudah melupakan Pancasila sebagai dasar negara.
Bukti nilai-nilai Pancasila mulai dilupakan atau kurang dipahami remaja sebagai generasi penerus bangsa, bisa dilihat dari gambaran mahasiswa di kampusnya, hanya sebagian kecil yang hafal butir-butir Pancasila secara utuh.
Bahkan beberapa pejabat publik juga diungkap dalam suatu wawancara media massa elektronik tidak hafal dengan lima sila yang terkandung dalam Pancasila.
Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena alangkah bahayanya remaja dan pejabat publik di negeri ini dalam sikap dan tingkahlakunya tidak berdasarkan ajaran dasar moral yang terkandung dalam Pancasila.
Sangat disayangkan semakin lunturnya pemahaman remaja di daerah ini terhadap arti pentingnya Pancasila sebagai sebuah ideologi dan falsafah negara.
Untuk meningkatkan pemahaman remaja terhadap ideologi bangsa itu perlu segera dibuat program pembelajaran yang tepat dan merupakan tanggung jawab bersama merumuskan formula yang sesuai dengan kondisi zaman sekarang bukan ditumpuhkan pada satu pihak tertentu saja, katanya.
Sementara salah seorang praktisi hukum senior Hifzon Firdaus SH mengatakan, prihatin melihat kondisi remaja di kota pempek ini banyak yang tidak hafal Pancasila secara utuh.
Remaja sebagai generasi penerus bangsa bagaimana mungkin bisa diandalkan menjadi pemimpin di masa depan tanpa memiliki bekal pemahaman ideologi dan falsafah negara yang kuat.
Melihat kondisi tersebut, perlu menjadi perhatian bersama untuk mengingatkan kembali nilai-nilai Pancasila dan menanamkannya ke dalam setiap pribadi bangsa Indonesia.
Untuk mengingatkan nilai-nilai Pancasila, bukan berarti bahwa asas-asas itu dihapalkan oleh setiap warga negara.
Tidak berarti pula bahwa Pancasila disakralkan menjadi doktrin yang beku dan diajarkan melalui indoktrinasi seperti pada masa Orde Baru.
Nilai-nilai Pancasila akan efektif jika dipahami dengan baik dan dipraktikkan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, ujar praktisi hukum itu. (Ant)