Disela kemelut tetantang recana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, sebagian besar kalangan masyarakat tetap sibuk dengan profesinya masing-masing, tidak terkecuai tukang ojek di Ibu Kota, Jakarta.
"Ojek-ojek, dari pada taksi mending ojek mas," kata Herdi Nusa (48) `merayu` seorang pria yang tengah berdiri di pinggir Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin malam (17/6).
Tidak lama kemudian, pria `penunggang` sepeda motor `butut` itu berhasil merayu seseorang menjadi penumpangnya. "Brummm...," gas sepeda motor itu hanya sekali tarik saja, setelah kemudian berjalan `terbatuk-batuk` menghadapi kemacetan hebat Jakarta.
Herdi berupaya sigap, menggerakkan sepeda motornya, berliku bagai ular yang melintas melewati berbagai rintangan di `rimbunnya ilalang tajam`.
"Sessttttt.....," nyaris saja mobil mewah orang tak dikenal itu tersenggol stang sepeda motor butut milik ayah tiga anak ini. Dia memang tampak begitu ugal-ugalan, namun maksud dan tujuannya sangat mulia, memberikan kepuasan bagi penumpangnya yang `diburu` dengan waktu.
"Brummm....," tarikan gas sepeda motor bebek tukang ojek ini lumayan cepat, namun tetap saja `terbahak-bahak` ketika kemacetan panjang kembali `menghimpit waktu` hingga seseorang berteriak: "Hey...," sepeda motor itu tetap saja `cuek` sementara penunggangnya `terbahak` seakan mengejek nasib orang kaya yang pusing dengan `kekacauan` Jakarta.
"Memang begitu orang kaya mas, selalu mau seenaknya saja, mentang-mentang punya mobil terus jalan dianggapnya punya dia. Saya sudah sering kena bentak orang-orang itu, kalau berhenti atau mengejar, pasti saya hajar," kata pria kumal dengan jaket biru pucat yang penuh debu itu.
Baru sekitar tiga kilometer perjalanan, namun seperti telah menempuh perjalanan berpuluh-puluh kilometer akibat kemacetan yang melanda Ibu Kota Negara, Jakarta.
Seakan memahami kepenatan penumpangnya, Herdi berusaha menghibur dengan bercerita sembari mengendalikan sepeda motor yang hanya memiliki sebelah pijakan kaki itu.
"Oh iya mas, kabarnya `nasib` BBM (bahan bakar minyak) ditentukan malam ini. Benar apa enggak ya?," katanya, namun tidak memberikan kesempatan penumpang itu untuk menjawabnya.
Herdi justru menyambung kalimat bertanya itu dengan `rajutan` kata menjawab : "Kalau naik ya situ, bagi kami juga tidak ada masalah. Asal jangan di `gantung-gantung`. Karena kalau seperti itu, kami orang kecil yang tercekik. Bisa-bisa meninggal karena kenaikkan BBM digantung. Kayak cerita Anas Urbaningrum saja, minta digantung di Monas."
`Celoteh` Herdi seakan tidak ada habisnya di sepanjang perjalanan kala itu. Lagi-lagi, dia menyinggung soal kebijakan pemerintah yang berencana menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi dalam waktu dekat.
Berulang bahkan sangat sering, tukang ojek ini mengkritik kebijakan pemerintah itu, tak luput para anggota dewan yang terhormat.
Malam itu, para legislator juga tengah `berceloteh` di dalam gedung DPR RI, membahas soal rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Saya pusing mikirin negara ini. Banyak masalah yang harus diselesaikan, tapi selalu mandek di soal BBM. Mending `Blackberry Mesenger`, gratis," kata tukang ojek yang tergesa-gesa, dan lagi-lagi, nyaris melecetkan sebuah mobil mewah dalam `tragedi` macet Jakarta.
Meski selalu `berkoar-koar` soal kenaikkan harga BBM bersubsidi, namun Herdi mengaku tidak begitu panik dengan rencana pemerintah itu.
Di kala sebagian besar masyarakat negeri ini kian berkeluh, hingga melakukan aksi-aksi unjuk rasa menolak rencana pemerintah itu dengan cara yang anarki, tukang ojek ini justru memandang persoalan itu hanya sebuah hal sepele.
"Kalau saya mendukung harga BBM naik, asalkan masyarakatnya sejahtera. Untuk apa murah, tapi rakyatnya sengsara," katanya.
Gampang saja, demikian Herdi, kalau harga BBM naik, ongkos ojek juga ikut dinaikkan, keuntungan jangan sampai berkurang karena bisa mengancam perekonomian keluarga.
"Ongkos ojek naik itu harus, karena kalau BBM naik, pasti harga kebutuhan pokok juga ikut naik," ujarnya.
Sekarang ini, demikian Herdi, masalah paling utama di Jakarta adalah kemacetan yang `merambat` hingga ke berbagai wilayah Ibu Kota Negara ini. Kondisi tersebut menurut dia mengakibatkan kerugian besar bagi rakyat, mulai dari yang miskin hingga yang kaya raya, sama-sama merasa rugi akibat macet.
"Bayangkan saja, banyak mobil mewah di Jakarta, hampir rata-rata menggunakan BBM bersubsidi. Ditambah lagi ribuan taksi, ribuan bus, mini bus, dan banyak lagi. Ada berapa banyak minyak yang terbuang sia-sia karena macet di Jakarta," katanya.
Kalau tukang ojek, kata dia, palingan hanya menggunakan bahan bakar secukupnya saja, empat liter, sudah bisa keliling Jakarta.
"Itu anggota DPR, waktu miskin mereka juga `ngojek` sama saya. Sekarang saja, sudah kaya malah lupa sama rakyat yang memilih dia dulu. Bukan saya, kalau saya golput," paparnya.
Mudah-mudahan, kata dia, dengan mahalnya harga BBM, orang kaya di Jakarta bisa berkurang, sehingga kemacetan juga berkurang.
Pemerintah menurut dia, seharusnya juga jangan membolehkan lagi mobil-mobil pribadi membeli BBM bersubsidi, dan kalau bisa memberikan saksi bagi pemilik kendaraan mewah yang mengisi bahan bakar bersubsidi.
"Kalau bisa beli mobil, harus bisa beli BBM `non` subsisi. Kalau tidak bisa ditindak, tukang ojek yang bertindak. Kami akan memberi pelajaran seperti sebelum-sebelumnya. Sudah banyak korban mobil yang tergores stang sepeda motor saya ini. Setiap hari selalu ada, kecuali hari ini, karena BBM mau naik," kata Herdi sembari menuntaskan celotehnya tentang BBM, bukan `Blackberry Messenger` yang gratis dinikmati para penggemar `smartphone`.
Beberapa jam setelah celoteh panjang Herdi, sang tukang ojek, para wakil rakyat di gedung DPR RI secara sah telah menyetujui rencana dinaikkannya harga bahan bakar minyak bersubsidi berikut kompensasinya.
Para legislator telah menyetujui Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2013 yang diajukan pemerintah menjadi Undang-Undang dalam sidang paripurna.
Sidang Paripurna ini berlangsung cukup alot, sebelum kemudian dilakukan voting terbuka secara manual.
Hasil voting akhirnya menjadi penentu dimana sebanyak 338 legislator setuju APBN Perubahan 2013 disahkan dan hanya 181 legislator yang menolak, yakni dari Fraksi PDI Perjuangan, PKS, Hanura, dan Gerindra.
Dengan disahkannya Undang-Undang APBN Perubahan, maka semakin memastikan harga bahan bakar minyak bersubsidi akan dinaikkan dalam waktu dekat.
Pemerintah merencanakan kenaikkan harga BBM jenis premium akan naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter, dan untuk solar naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500 per liter.
Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri mengatakan, dengan disetujuinya UU APBN Perubahan 2013, maka belanja negara akan semakin sehat setelah defisit anggaran disepakati hanya tersisa 2,38 persen.
Menurut dia, belanja subsidi akan lebih terkendali sehingga bisa lebih bermanfaat untuk lebih menyukseskan program-program yang lebih adil dan merakyat, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan. (ant)