Jumat, 19 Apr 2024 14:00
flash sale baju pria
Bonnet Sleeping Double Sensyne Extendable Wireless Compatible Android Children Camcorder Silicone JBL Tune 510BT Ear Headphones

Kendati Harga Karet Naik,Sebagian Petani di Palas tetap mengkonversi lahannya

TABAGSEL (utamanews.com)

Rabu, 21 Des 2016 22:50

MAULANA SYAFII
Terlihat seorang pekerja penumbang pohon karet sedang menumbang pohon karet di kebun karet milik seorang warga di Kecamatan Sosa, Kabupaten Palas. Kendati harga karet menunjukkan tren baik, sebagian petani karetdi daerah ini tetap mengkonversi tanaman
Selama dua pekan terakhir, harga penjualan getah karet di tingkat petani di daerah Kabupaten Padang Lawas (Palas), menunjukkan tren naik setelah lebih dari empat tahun terakhir mengalami keterpurukan harga jual. Minggu ini, petani karet menjual getahnya ke pengumpul di harga sebesar Rp. 7.500 hingga Rp. 8.500 perkilogram, dari harga sebelumnya di kisaran Rp. 4.500 sampai Rp. 6.000 perkilonya.

Kendati saat ini tren penjualan getah karet menunjukkan kenaikan, namun sebagian petani karet di daerah Palas mengaku, akan mengkonversi lahannya dengan komoditas tanaman lain, yang dinilai memiliki potensi pendapatan ekonomi yang lebih stabil, bila dibandingkan dengan komoditi karet yang cenderung sering mengalami fluaktif harga jualnya. Selain juga, tanaman karet petani sudah cukup tua.

"Saya ikut mengelola (menderes-red) kebun karet seluas satu hektare lebih ini bersama orang tua saya, sejak saya masih sekolah SD di tahun 1990-an lalu. Memang, saat itu harga penjualan karet cukup tinggi, hingga sebesar Rp. 17.000 perkilo. Tapi, empat tahun terakhir harganya anjlok dan tidak lagi dideres," ungkap Intan, satu petani karet di Desa Ujung Batu, Kecamatan Sosa, Rabu (21/12).

"Memang, pohon karet kami termasuk sudah berumur tua, sekitar 27 tahunan, karena seingat, saya pohon karet ini ditanam orang tua saya pada sekitar tahun 1988, lalu. Saat itu, saya sudah kelas 2 SD, tentu saya ingat itu. Mungkin karena tua, getahnya berkurang, juga kurang dipupuk jadi hasilnya gak maksimal, udah gitu harganya murah, makanya pohon karet ini sudah lama gak dideres," ungkapnya.

Merasa lahan kebun karetnya yang seluas 1,2 Ha itu terus terlantar, petani karet ini berencana akan mengganti komoditas tanaman karet dengan tanaman kelapa sayur, kendati harga jual karet dan sawit saat ini sedang tinggi di pasaran.

"Saya udah pernah bertani karet, seperti yang ku alami selama ini. Begitupun, ada sedikit kebun sawit kami. Tapi, karena lahan ini dekat dengan perkampungan, kami bermaksud mengganti tanaman karet dengan tanaman kelapa sayur, karena harga jualnya tetap stabil.”

"Menurut kami, baik kelapa sawit, kelapa sayur maupun tanaman karet, umur mulai produksinya sejak ditanam sekitar 4 sampai 5 tahun. Apalagi, saat ini masyarakat di desa kami mayoritas bertani karet dan sawit, sehingga untuk kebutuhan kelapa masak harus didatangkan dari luar desa atau luar daerah. Makanya harga kelapa sayur mahal di pasaran, Rp. 8.000 perbiji di kedai," sebutnya lagi.

"Kalau di pasar, saya beli kelapa sayur seharga Rp. 6.000 sampai Rp. 7.000 perbiji, sudah diparut. Makanya kami berniat kali mengganti tanaman karet ini dengan kelapa sayur. Yang lain panen karet dan sawit, kami akan menjual kelapa sayur, apalagi itu bahan makanan kita," jelasnya.

Kelapa sayur ini, jelasnya, yang masih muda sudah laku dijual sebagai kelapa muda, yang sudah tua, juga tetap laku dijual. Makanya petani ini optimis prndapatan ekonominya akan lebih baik menjadi petani kelapa sayur.

Sementara itu, Anto Simamora, satu petani karet di Desa Bulu Sonik Kecamatan Barumun, mengaku senang dengan kenaikan harga karet selama dua minggu terakhir. Dia menyatakan akan tetap mengelola dan merawat kebun karetnya tersebut, apalagi pada saat harganya kian membaik, mengingat kebun karetnya yang seluas 5 Ha itu, masih berumur sekitar 8 hingga 10 tahunan.

"Senang dengan kenaikan harga jual karet yang saat ini harganya sebesar Rp. 8.500 perkilo. Kalau minggu lalu, masih seharga Rp. 7.500 sampai Rp. 8.000. Memang, empat tahun belakangan ini kenaikan harga jual karet pelan sekali," ujarnya saat ditanya wartawan, Rabu (21/12).

"Luas kebun karet ku sekitar 4 hektare, umur tanamannya sekitar 8 sampai 10 tahunan. Setiap dibangkit hasilnya sekitar 160 sampai 170 kilo setiap 3 hari sekali. Berarti, dalam seminggu hasil deresan getah karetnya sebanyak 320 sampai 340 kilo. Namanya karet muda dan baru dideres lagi, soalnya harganya udah lumayan," terangnya.

Diungkapnya, memang pada saat harga jual getah karet sebesar Rp. 4.000 sampai Rp. 5.000, sering tidak dirawat dan dideresnya kebun karet itu, karena tidak bisa membayar upah pekerja. "Harapan kami dari petani karet ini, setidaknya harga penjualan getah karet di tingiat petani bisa mencapai Rp.10.000 perkilo, baru petani karet di sini bergairah lagi," pintanya. (MS)
T#g:IlegalKaretPalas
iklanplt
makeup remover
Berita Terkait
  • Kamis, 18 Apr 2024 18:38

    Disnaker Palas Awasi Naker di SPBU Ujung Batu

    Terkait pelaksanaan aturan hukum ketenagakerjaan dan kepatuhan pembayaran Tunjangan Hari Besar Keagamaan (THR) tahun 2024, jajaran Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Padang Lawas, melakukan kegia


tiktok rss yt ig fb twitter

Tentang Kami    Pedoman Media Siber    Disclaimer    Iklan    Karir    Kontak

Copyright © 2013 - 2024 utamanews.com
PT. Oberlin Media Utama

⬆️