Sabtu, 20 Apr 2024 16:52
flash sale baju pria
Bonnet Sleeping Double Sensyne Extendable Wireless Compatible Android Children Camcorder Silicone JBL Tune 510BT Ear Headphones

Usman Pelly: Walau berbeda, agama dan politik tidak bertolak belakang

MEDAN (utamanews.com)

Sabtu, 04 Mar 2017 10:10

Agama dan politik, meskipun memiliki karakter dan kepentingan yang berbeda, tetapi keduanya tidak bertolak belakang. Agama melihat manusia seutuhnya, dalam alam kehidupan harmoni dengan lingkungan masyarakat dan Khalik sang Tuhan penciptanya. Sedangkan politik, adalah alat untuk mendapatkan kekuasaan (power) guna mencapai tujuan itu. Hal ini dinyatakan oleh, Prof. Usman Pelly, Ph. D., di Medan, kemarin, (3/3). 


Menurut Antropolog dari Universitas Negeri Medan ini, masyarakat harus memahami masalah kecil tersebut, karena memang politik selalu menggunakan agama untuk tujuan tertentu, dan banyak orang awam yang kurang maklum.

“Apalagi penganut agama yang buta politik (illiterate). Mereka tidak selalu menyadari kehadiran ambisi politik sebagai penunggang gelap (nite rider), walaupun umat Islam telah babak belur, seperti kita amati di kepulauan Seribu. Sayangnya, masyarakat yang buta politik ini cukup besar, mereka tidak dapat membedakan aktivitas politik dan agama, dan mereka juga tidak menyadari peran politik telah merasuk ke wilayah agama, dan merusak akidah umat,” tutur Guru Besar Antropologi ini.

Politikus inilah penumpang gelap yang ingin meluaskan ambisinya dengan menyeret orang agar menjauhkan diri dari agama dan ulama.

Keadaan ini akan berbeda dengan masyarakat yang melek politik dan agama, walaupun jumlah dan potensinya terpecah-pecah, terkonsentrasi pada kelompok menengah, intelek kampus dan pesantren.

“Sebab itu mereka sekarang belum berdaya menghadapi gerakan bawah tanah, kelompok politisi yang berperilaku seperti PKI atau berpaham komunisme. Sementara para politisi beneran yang ada sekarang, banyak sedang terbuai kedudukan yang membius kesadaran nalarnya,” tambahnya.

Meletakkan secara proporsional

Agama mengayomi manusia seutuhnya, dalam kehidupan yang harmoni dengan lingkungan masyarakat dan Khaliknya, sementara politik adalah alat atau instrumen mendapatkan kekuasaan guna meraih tujuan tertentu.

“Orang yang menggunakan agama sebagai alat politik itu tidak selalu ‘koheren’ dengan tujuan agama, malah juga terjadi sebaliknya, seperti usaha kaum komunis yang ingin menghapuskan agama dalam kehidupan manusia,” jelasnya.

Bahkan, banyak politikus yang menggunakan agama sebagai kambing hitam, agar orang murtad dari agamanya. Minimal dua pencobaan kudeta PKI, yakni Madiun dan G30S/PKI, secara gamblang dapat dilihat dari sejarah, betapa banyak umat beragama yang menjadi korban keganasan mereka.

Dalam menghadapi PKI, umat beragama bersatu, umat Islam dan umat Kristen/Katolik. “Kami dari HMI bersandal bahu dengan GMKI dan PKMRI, kelompok Cipayung, menghancurkan CGMI dan Pemuda Rakyat, di kota dan di kampus-kampus,” ungkapnya.

Ini adalah kerjasama dalam politik untuk menghancurkan PKI dan musuh-musuh agama dan kemanusiaan.

“Kerjasama dalam menghancurkan musuh agama ini dapat dicontoh sebagai usaha mengembangkan kehidupan agama yang inklusif, humanis dan toleran,” pungkasnya. (SN)

T#g:cipkonmartabat
iklanplt
makeup remover
Berita Terkait

tiktok rss yt ig fb twitter

Tentang Kami    Pedoman Media Siber    Disclaimer    Iklan    Karir    Kontak

Copyright © 2013 - 2024 utamanews.com
PT. Oberlin Media Utama

⬆️